Warta Desa Karanggambas (28/11/2018). Keinginan untuk menjadi Desa mandiri , Desa Karanggambas dengan Potensi sumber daya alam yang berupa air yang melimpah Pemdes bertekad untuk memanfaatkan sebagai sumber pendapatan asli desa ( PAdes ). Bekerja sama dengan relawan Karanggambas Peduli, Pemdes menggali Potensi Sumber Daya Air untuk dimanfaatkan menjadi Wisata Air.
BERGURU WISATA DI LEMBAH ASRI SERANG
Rabu pagi, 21 Desember 2018, kurang lebih pukul 10.00 WIB, Kepala Desa Karanggambas memimpin rombongan Tim Penyusun Rencana Induk, Site Plan dan DED Pembangunan Desa Wisata (Karanggambas), meluncur ke Desa Serang Kecamatan Karangreja dalam rangka studi banding . Sebuah desa dilereng Timur Gunung Slamet, dulunya daerah yang sunyi dan miskin dan tertinggal. Namun, beberapa tahun terakhir, wilayah itu menjadi magnet wisata alam dan agro di Jawa tengah bagian selatan. Kurang dari satu jam perjalanan, rombongan sampai di Balai Desa Serang, disambut beberapa perangkat desa dan manajer Bumdes Serang Makmur Sejahtera, namanya sama dengan BKM-nya Karanggambas, Makmur Sejahtera.
Kades Serang sedang memberikan penjelasanSetelah istirahat sejenak sambil menikmati hidangan snack dari tuan rumah, Kepala Desa Serang, Sugito, SE pun datang langsung menyalami rombongan dari Karanggambas, acara silaturahmi dan studi banding dimulai, susunan acara dibacakan MC, pertama pembukaan, sambutan maksud dan tujuan dari Kades Karanggambas, Sambutan selamat datang Kades Serang yang dilanjutkan dengan paparan tentang Desa Wisata Serang dan dilanjutkan sesi tanya jawab, kemudian diakhir acara dilakukan kunjungan ke kawasan wisata Rest Area/Lembah Asri Serang.
Memasuki acara sambutan Kepala Desa Karanggambas, M. Zaeni Idris, menyampaikan maksud dan tujuan dari studi banding ini adalah dalam rangka menimba ilmu dan pengalaman Pemerintahan Desa Serang dalam membangun dan mewujudkan desanya hingga menjadi Desa Wisata yang berhasil dan sukses dalam menyejahterakan masyarakatnya. Selain itu Kepala Desa Karanggambas juga berharap dengan adanya studi banding ini hendaknya dapat membuka wawasan dan meningkatkan pengetahuan serta kemampuan manajerial bagi penyelenggara Pemerintahan Desa Karanggambas dan unsur terkait, sehingga kelak dapat menjadi bekal kita dalam mengembangkan potensi wisata yang ada di Desa Karanggambas. Diakhir sambutannya, Kepala Desa Karanggambas menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Kepala Desa Serang beserta perangkat desa dan Bumdesnya atas sambutan dan kerja samanya, semoga silaturahmi ini senantiasa dapat terpelihara dan terus berlanjut.
Selesai sambutan dari Kepala Desa Karanggambas, tiba saatnya sambutan dari Kepala Desa Serang, dalam sambutannya beliau mengucapkan selamat datang dan terima kasih atas kunjungannya dan memohon maaf apabila dalam penyambutannya banyak kekurangan.
Selanjutnya Kepala Desa Serang mengawali paparannya. Beliau menceritakan awalnya tidak mudah merangkul warga dalam kegiatan pariwisata. Ia perlu waktu enam tahun untuk meyakinkan mereka. Pada akhirnya mereka tertarik juga terlibat. Sugito lahir di Desa Serang. Ia pernah merantau dan bekerja diperusahaan sawata nasional yang bergerak dibidang agro industri. Hidupnya dikata sudah cukup mapan. Namun, hatinya sering gusar melihat kemiskinan membelenggu warga desanya. Padahal desa tersebut dianugerahi tanah subur dan keindahan alam. Pada suatu titik ayah dua anak itu tergerak membantu warga keluar dari belenggu kemiskinan ia pun memilih berhenti bekerja dan pulang ke kampungnya yang terletak sekitar 7 kilometer di lereng timur puncak Gunung Slamet. Berbekal pengalaman kerja ditempat sebelumnya, Sugito mencoba menggerakkan warga lewat pertanian. Ia memperkenalkan sistem pertanian terpadu. Ia mengajarkan cara bercocok tanam yang baik dan cara beternak kambing etawa dan kelinci. Ia mesti mencairkan tabungan pribadinya untuk dipinjamkan sebagai modal kepada warga yang tertarik beternak dan mengembangkan pertanian. Selanjutnya ia mengajak warga menanam stroberi yang belakangan menjadi salah satu tanaman unggulan agrowisata di Desa Serang. Awalnya ia membawa sejumlah bibit stroberidari wilayah Ciwidey, Bandung Jawa Barat. “ Saya yakin bibit stroberi darisana bisa ditanam di Desa Serang karena kondisi iklim dan tanahnya mirip” katanya.melihat kiprah Sugito pada 2007, ia didaulat warga untuk maju kepemilihan kepala desa setempat, setelah terpilih sebagai kepala desa, Sugito kian getol memperjuangkan kemajuan Serang. Ia kembangkan Serang sebagai sentra sayur-mayur di Purbalingga. Sugito pun menjadikan Serang sebagai desa wisata. Awalnya, ia membentuk Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) dan mengunggulkan wisata pemetik stroberi. Beberapa warung makan dibangun ditepi jalan desa yang juga jalur utama menuju pos terakhir jalur pendakian Gunung Slamet dari Purbalingga.
Kades Tanpa Bengkok
Awal 2010 pemerintah kabupaten Purbalingga menetapkan Desa Serang sebagai desa wisata pertama di daerah yang hingga pertengahan 2000-an menjadi salah satu daerah di Jawa Tengah yang paling banyak memasok pembantu rumah tangga kesejumlah daerah. Namun, perkembangan wisata Desa Serang itu tidak berjalan mulus. “Banyak konflik internal ditubuh Pokdarwis. Pengurusnya kurang fungsional.” Kata Sugito. Hal itu berbuntut pada penurunan pelayanan wisata. akhir 2010 Sugito berinisiatif membentuk badan usaha milik desa (BUMDes). Baginya, pengelola wisata melalui badan usaha bakal lebih profesional. Ia mengajak sejumlah warga urunan untuk membeli beberapa wahana permainan “ Saat itu terkumpul 50 juta. Kami beli flying fox dan motor ATV.” Katanya. Pada 2013 Sugito berinisiatif membuka kompleks wisata memamfaatkan tanaman bengkok seluas 1,3 hektar yang semestinya berhak ia gunakan. “Enggak ada gunanya kalau saya nikmati sendiri (tanah bengkok) lebih bermamfaat jika dipakai untuk kemakmuran warga.” Ujarnya. Namun tidak mudah bagi Sugito menggerakkan warga ikut membantu pembangunan kawasan yang kemudian disebut Rest Area Lembah Sari tersebut. Sugito tidak menyerah. Ia sabar melakukan pendekatan kepada tokoh-tokoh masyarakat. Setelah ia bisa mengajukan beberapa contoh warga yang sukses dari pariwisata perlahan pandangan warga lainnya berubah.
Akhirnya, secara sukarela warga mau menyumbang bamboo dan alang- alang untuk membuat bangunan gazebo. Mereka juga membangun jalan dikawasan kompleks wisata secara swadaya. Menurut Sugito saat itu ada 1000 orang lebih yang datang bergotong royong. Sugito menekankan kemandirian dalam membangun desa. Dia menolak dua bantuan Program Nasional Pembrdayaan Masyarakat yakni usaha ekonomi produktif dan simpan pinjam perempuan. Baginya urusan utang piutang akan menimbulkan masalah. Dia tidak ingin terjadi kasus kemacetan pelunasan simpanan yang bisa berdampak buruk pada rasa kebersamaan dan sikap gotong royong. Sikap Sugito di dukung warga.
Menghidupkan Tradisi
Melalui BUMDes, promosi agrowisata Desa Serang dilakukan lebih massif lewat media konvensional ataupun media social. Media juga menghidupkan kembali tradisi budaya yang dikemas menjadi paket wisata. salah satunya perhelatan festival Gunung Slamet yang telah digelar dua kali sejak 2015. “ Dalam festival ada prosesi pengambilan air dan perang tomat. Tradisi itu sejak dulu memang ada kami jadikan daya tarik wisata.” Agar wisatawan nyaman berkunjung, Sugito mempercantik wajah desa melalui program PKK, seluruh warga diwajibkan menanam sayur-mayur dipekarangan rumah. Desa pun terlihat semakin asri. Inovasi-inovasi itu terbukti meningkatkan pengunjung dan pendapatan desa dari sektor wisata :
- Tahun 2011 BUMDes berhasil mengumpulkan pendapatan kotor sebesar Rp. 8.500.000,- memberikan kontribusi PADes sebesar Rp. 1.700.000
- Tahun 2012 BUMDes berhasil berhasil mengumpulkan pendapatan kotor sebesar Rp. 37.000.000,- memberikan kontribusi PADes sebesar Rp. 7000.000,.
- Tahun 2013 BUMDes berhasil berhasil mengumpulkan pendapatan kotor sebesar 57.085.000,- memberikan kontribusi (PADes) sebesar Rp. 10.800.000,-
- Tahun 2014 BUMDes berhasil berhasil mengumpulkan pendapatan kotor sampai sebesar Rp. 100.583.000,- untuk kontribusi (PADes) sebesar Rp. 26.573.750,- .
- Tahun 2015 BUMDes berhasil memberikan kontribusi PADes sebesar Rp. 55.453.375,-
- Tahun 2016 BUMDes berhasil memberikan kontribusi PADes sebesar Rp. 115.000.000,-
- Tahun 2017 BUMDes dapat memberikan kontribusi PADes sebesar Rp. 250.000.000,-
- Tahun 2018 BUMDes memberikan kontribusi Pades Rp. 350.000.000
- Untuk target tahun 2019 di harapkan dari BUMDes mendapatkan pendapatan kotor kurang lebih Rp. 300.000.000.000,- dan dapat memberikan kontribusi PADes sebesar Rp. 400.000.000,-
BUMDes Serang kini memiliki 5 unit usaha yakni pariwisata, pertanian, peternakan, pengelolaan air, dan lembaga keuangan mikro. Warga serang yang dulu banyak merantau menjadi pembantu rumah tangga kini hidup mandiri di desa. Kisah sukses desa yang dihuni 2430 keluarga ini mengilhami pemerintah kabupaten Purbalingga setahun terakhir giat mengembangkan desa-desa wisata lain. Sugito Kini berbangga perekonomian desa yang digerakkan pariwisata tumbuh tanpa mengikis kearifan local. Mereka membuktikan mampu hidup mandiri dengan potensi yang dianugerahkan Sang Pencipta.
Setelah selesai penyampaian paparan oleh Kepala Desa Serang kemudian diadakan sesi tanya jawab. Sugiono, SPd memamfaatkan kesempatan pertama di sesi tanya jawab untuk menyampaikan pikirannya. “Mendengarkan paparan yang Bapak Sugito sampaiakan tadi, saya tidak bisa berkata apa-apa, saya haru, terasa merinding, dada sesak, ingin menangis, begitu besar perjuangan Bapak dalam memperjuangkan Desa Serang yang dulu miskin, terbelakang dan termasuk zona merah, tapi kini telah berubah sedemikian maju dan meningkatnya kesejahteraan warganya, sementara desa kami yang diberi karunia dan rakhmat yang rasa lebih baik dari Desa Serang, ternyata bisa maju seperti Desa Serang ini”. Itu adalah pernyataan Sugiono, SPd yang kemudian ditanggapi oleh Bapak Sugito, SE, “Bahwa maju mundurnya desa, sukses tidaknya suatu desa itu kuncinya pada penguasa, yaitu kepala desa, tentunya bersama perangkat desa dan BPDnya sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. Mudah-mudahan dengan niat baik Bapak Kades Karanggambas dan rombongan untuk saling sharring pengalaman bersama kami, ke depan Desa Karanggambas dapat mewujudkan mimpi bersama menjadikan desannya menjadi desa wisata”.
Kemudian Agus sutriyatno menanyakan terkait, formula/rumusan dalam hal pembebasan lahan dan sistem bagi hasil, dilanjutkan pernyataan oleh Pujianto bahwa menurutnya di Desa Karanggambas saat ini belum memiliki bumdes. Terakhir Tri Joko menanyakan bagaimana cara melakukan recruitment karyawan bumdes.
Bapak Sugito menanggapinya sebagai berikut, rumusan bagi hasil terhadap penyerta modal berupa lahan adalah 30% dari keuntungan yang didapat dari area lahan yang disertakan. Kemudian apabila desa belum memiliki bumdes sebelum pelaksanaan pembangunan desa wisata, maka hal itu jauh akan lebih baik daripada sudah ada tetapi tidak profesional sementara ketika akan mengganti/merubah cenderung merasa riskan. Adapun cara rekruitmen karyawan melalui tes/seleksi secara obyek dan transparan.